7 Pahlawan Nasional yang Wafat di Usia Muda, Salah Satunya dari Lampung - Lampung Geh : Lampung Gets Everything Helau

Go Explore

Post Top Ad

test banner

Post Top Ad

test banner

Minggu, 17 Mei 2020

7 Pahlawan Nasional yang Wafat di Usia Muda, Salah Satunya dari Lampung

Pahlawan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama) adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Pahlawan tentu tidak kenal usia, tua ataupun muda semua bisa menjadi pahlawan asal punya dedikasi yang tinggi terhadap bangsa dan negara.

Di Indonesia pahlawan nasional ternyata tidak selalu identik dengan mereka yang sudah beranjak di usia tua, beberapa pahlawan tercatat memulai pengorbanannya di usia belia bahkan tidak sedikit yang wafat di usia muda. Siapa sajakah mereka? Berikut ini 7 pahlawan nasional yang berjuang dan wafat di usia muda.

1. Martha Christina Tiahahu (17 tahun)



Martha Christina Tiahahu adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut yang ikut bertempur melawan penjajah Belanda pada usia 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda. Pada pertempuran yang sengit di Pulau Saparua Martha berjuang menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun karena pertempuran yang tidak seimbang, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ayah Martha, Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati seingga ia harus berjuang untuk melepaskan ayahnya. Namun ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan. Pada akhirnya ia tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa. Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya menjelang tanggal 2 Januari 1818.

2. Soeprijadi atau Supriyadi (22 tahun)



Soeprijadi atau dikenal dengan nama Sodancoh Soeprijadi adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945 karena Supriyadi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

3. Robert Wolter Mongisidi (24 tahun)




Robert Wolter Mongisidi adalah seorang guru bahasa Jepang yang juga menjadi pejuang kemerdekaan Indonesia. Bermula ketika Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda). Mongisidi yang tidak menerima kedatangan Belanda, menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar. Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyerang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.

4. Radin Inten II (24 tahun)



Radin Inten II resmi dinobatkan sebagai Ratu Lampung, yakni pemimpin rakyat untuk memerangi kolonialisme pada usia yang masih belia, yakni pada usia 16 tahun. Beliau dilantik pada tahun 1850, dan langsung dihadapkan dengan serangan pihak Belanda di daerah Merambung, tempat Radin Inten menjalankan pemerintahannya. Serangan demi serangan terus berusaha dilancarkan Belanda untuk menghancurkan Lampung dan Radin Inten sebagai penguasa. Hingga pada tahun 1856, Belanda melakukan serangan besar-besaran dengan mengerahkan 9 kapal perang, 3 kapal pengangkut alat perang, dan puluhan kapal lainnya. Pasukan Radin Intan II mencoba melawan serangan tersebut secara gerilya, dan terbukti cukup efektif. Namun, Belanda tak kehabisan akal dan mencoba taktik licik, yakni dengan membayar dan memperalat salah seorang pasukan Radin Inten II untuk mengatur kondisi supaya Belanda bisa menyergap Radin Inten II. Rencana mereka pun berhasil, hingga terjadi pertempuran antara Radin Inten II melawan beberapa pasukan Belanda. Meskipun telah berusaha  untuk mengalahkan Belanda, akhirnya Radin Inten II gugur karena kalah persenjataan dan jumlah. Beliau wafat pada 5 Oktober 1856 pada usia 24 tahun.

5. Raden Ajeng Kartini (25 tahun)


Raden Ajeng Kartini lahir di keluarga ningrat Jepara, yang kecewa pada aturan adat yang tidak membolehkan perempuan untuk bersekolah tinggi. Ia mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak perempuan untuk wujudkan cita-citanya akan persamaan hak perempuan dan laki-laki. Kartini meninggal tiga hari setelah melahirkan putranya. 

6. Usman bin Haji Mohammad Ali (25 tahun)


Usman bin Haji Mohammad Ali merupakan marinir Angkatan Laut yang ditugasi melakukan pengintaian di Singapura. Ia bersama tiga teman lain berhasil meledakkan sebuah bangunan di tengah kota Singapura. Sayangnya, mereka tertangkap patroli dan dijatuhi hukuman gantung di Singapura. 

7. Abdul Halim Perdanakusuma (25 tahun)


Abdul Halim Perdanakusum pernah mendapat pendidikan navigator udara di Inggris. Saat kembali ke tanah air, ia bergabung dengan angkatan udara. Ia membuka hubungan luar negeri untuk mencari senjata bagi pejuang kemerdekaan. Ia meninggal karena pesawatnya jatuh dan dalam perjalanan pulang dari tugas negara di Bangkok.


Sumber: 
- Wikipedia.org
- Merdeka.com
- goodnewsfromindonesia.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here